Dalam perjalanan menuju masa depan, saat ini perkembangan teknologi informasi semakin cepat dan canggih terutama pada era globalisasi, kebutuhan akan informasi yang cepat, tepat danhemat menjadikan internet sebagai salah satu sarana utama untuk berkomunikasi dan bersosialisasi oleh semua kalangan masyarakat dari perorangan sampai dengan perusahaan. Internet sendiri merupakan jaringan komputer yang bersifat bebas dan terbuka. Dengan demikian diperlukan usaha untuk menjamin keamanan informasi terhadap komputer yang terhubung dengan jaringan Internet. Beberapa instansi/perusahaan melakukan berabagai usaha untuk menjamin keamanan suatu sistem informasi yang mereka miliki, dikarenakan ada sisi lain dari pemanfaatan internet yang bersifat mencari keuntungan dengan cara yang negative, adapun pihak-pihak dengan maksud tertentu yang berusaha untuk melakukan serangan terhadap keamanan sistem informasi. Bentuk serangan tersebut dapat dikelompokkan dari hal yang ringan, misalnya yang hanya mengesalkan sampai dengan yang sangat berbahaya. Semakin mudah kita berkomunikasi dan mencari informasi maka di dalam kemudahan tersebut juga terdapat segala macam kejahatan dan kecurangan yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak legal.
Apa itu Infringements of Privacy?
Infringements
of privacy adalah kejahatan yang
ditunjukkan terhadap informasi seseorang yang merupakan hal yang sangat pribadi
dan rahasia (Firmansyah et al.,
2021).
Kejahatan ini biasanya ditujukan terhadap keterangan pribadi seseorang yang
tersimpan pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized, yang
apabila diketahui oleh orang lain maka dapat merugikan korban secara materil
maupun immateril, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM, cacat atau penyakit
tersembunyi dan sebagainya.
Privacy adalah kemampuan satu atau sekelompok individu
untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk
mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan
dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang
dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.
Menurut Craig
van Slyke dan France BĂ©langer, Privacy adalah kemampuan seseorang untuk
mengatur informasi mengenai dirinya sendiri. Dan menurut Alan Westin, privacy
adalah hak dari masing-masing individu untuk menentukan sendiri kapan,
bagaimana, dan untuk apa penggunaan informasi mengenai mereka dalam hal
berhubungan dengan individu lain.
Hak pelanggaran
privasi oleh pemerintah, perusahaan, atau individual menjadi bagian di dalam
hukum di banyak negara, dan kadang, konstitusi atau hukum privasi. Hampir semua
negara memiliki hukum yang, dengan berbagai cara, membatasi privasi, sebagai
contoh, aturan pajak umumnya mengharuskan pemberian informasi mengenai
pendapatan. Pada beberapa negara, privasi individu dapat bertentangan dengan
aturan kebebasan berbicara, dan beberapa aturan hukum mengharuskan pemaparan
informasi publik yang dapat dianggap pribadi di negara atau budaya lain.
Privasi dapat secara sukarela dikorbankan, umumnya demi keuntungan tertentu,
dengan risiko hanya menghasilkan sedikit keuntungan dan dapat disertai bahaya
tertentu atau bahkan kerugian.
Privasi sebagai
terminologi tidak berasal dari akar budaya masyarakat Indonesia. Setiap orang
yang merasa privasinya dilanggar memiliki hak untuk mengajukan gugatan yang
dikenal dengan istilah Privacy Tort. Sebagai acuan guna mengetahui
bentuk-bentuk pelanggaran Privasi dapat digunakan catatan dari William Prosser
yang pada tahun 1960 memaparkan hasil penelitiannya terhadap 300 an gugatan
privasi yang terjadi. Pembagian yang dilakukan Proses atas bentuk umum
peristiwa yang sering dijadikan dasar gugatan Privasi yaitu dapat kita jadikan petunjuk untuk memahami Privasi
terkait dengan media.
Teknologi internet ini melahirkan berbagai macam dampak positif dan dampak negatif. Dampak negatif ini telah memunculkan berbagai kejahatan maya (cybercrime) yang meresahkan masyarakat Internasional pada umunya dan masyarakat Indonesia pada khususnya. Kejahatan tersebut perlu mendapatkan tindakan yang tegas dengan dikeluarkan Undang-Undang terhadap kejahatan mayantara yaitu dengan dikeluarkan UU No. 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Ekonomi, yang merupakan usaha untuk memberikan kepastian hukum tentang kerugian akibat cybercrime tersebut. Undang-Undang ini akibat dari lemahnya penegakan hukum yang digunakan sebelumnya yang mengacu pada KUHP dan peraturan perundingan lain seperti hak cipta, paten, monopoli, merek, telekomunikasi dan perlindungan konsumen.
Dasar Hukum Tentang Infringements of Privacy
Dasar hukum tentang infringements
of privacy di Indonesia diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
Tentang ITE. “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa
hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya
Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan yang
melanggar kesusilaan”.
2. Pasal 29. “Barang siapa dengan
sengaja dan melawan hukum memanfatkan teknologi informasi untuk menggangu hak
privasi individu dengan cara menyebarkan data pribadi tanpa seizin yang
bersangkutan, dipidana penjara paling singkat 3 (tiga) tahun dan paling lama 7
(tujuh) tahun”.
3. Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE. “Setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3), atau ayat (4) dipidana dengan pidana paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah)”.
Contoh Kasus Infringements of Privacy
Motif Terjadinya Infringements of Privacy
Motif terjadinya infringements of privacy adalah kejahatan ini biasanya ditujukan kepada keterangan pribadi seseorang pada formulir data pribadi yang tersimpan secara computerized. Apabila diketahui orang lain, data ini dapat merugikan korban secara material maupun immaterial, seperti nomor kartu kredit, nomor PIN ATM.
Penyebab Terjadinya Infringements of Privacy
Penyebab terjadinya infringements
of privacy terdiri dari beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut
:
1.
Faktor Kesadaran
Umum
Masayarakat
Indonesia sampai saat ini dalam merespon aktivitas cybercrime masih
dirasa kurang. Hal ini disebabkan antara lain oleh kurangnya pemahaman dan
pengetahuan (lack of information) masyarakat terhadap jenis
kejahatan cybercrime. Lack of information ini
menyebabkan upaya penanggulangan cybercrime mengalami
kendala, yaitu kendala yang berkenaan dengan penataan hukum dan proses
pengawasan (controlling) masyarakat terhadap setiap
aktivitas yang diduga berkaitan dengan cybercrime. Mengenai
kendala yakni proses penaatan terhadap hukum, jika masyarakat di Indonesia
memiliki pemahaman yang benar akan tindak pidana cybercrime maka
baik secara langsung maupun tidak langsung masyarakat akan membentuk suatu pola
penataan. Pola penataan ini dapat berdasarkan karena ketakutan akan ancaman
pidana yang dikenakan bila melakukan perbuatan cybercrime atau
pola penaatan ini tumbuh atas kesadaran mereka sendiri sebagai masyarakat
hukum. Melalui pemahaman yang komprehensif mengenai cybercrime,
menimbulkan peran masyarakat dalam upaya pengawasan, ketika masyarakat
mengalami lack of information, peran mereka akan menjadi mandul.
2.
Faktor Keamanan
Saat
pelaku sedang melakukan tindak pidana sangat jarang orang
luar mengetahuinya. Disamping itu, apabila pelaku telah melakukan
tindak pidana,maka dengan mudah pelaku dapat menghapus semua jejak kejahatan
yang telah dilakukan mengingat internet menyediakan fasilitas untuk
menghapuskan data yang ada. Akibatnya pada saat pelaku tertangkap sukar
bagi aparat penegak hukum untuk menemukan bukti-bukti kejahatan.
3.
Faktor Penegak
Hukum
Masih
sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi informasi
(internet), sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap, aparat penegak
hukum mengalami, kesulitan untuk menemukan alat bukti yang dapat dipakai
menjerat pelaku, terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem
pengoperasian yang sangat rumit. Aparat penegak hukum di daerah pun belum siap
dalam mengantisipasi maraknya kejahatan ini karena masih banyak institusi
kepolisian di daerah baik Polres maupun Polsek, belum dilengkapi dengan
jaringan internet. Perlu diketahui, dengan teknologi yang sedemikian canggih,
memungkinkan kejahatan dilakukan disatu daerah.
4.
Faktor Ketiadaan
Undang-Undang
Perubahan-perubahan sosial dan perubahan-perubahan hukum tidak selalu berlangsung bersama-sama, artinya pada keadaan-keadaan tertentu perkembangan hukum mungkin tertinggal oleh perkembangan unsur-unsur lainnya dari masyarakat. Sampai saat ini pemerintah Indonesia belum memiliki perangkat perundang-undangan yang mengatur tentang cybercrime belum juga terwujud. Cybercrime memang sulit untuk dinyatakan atau dikategorikan sebagai tindak pidana karena terbentur oleh asas legalitas. Untuk melakukan upaya penegakan hukum terhadap pelaku cybercrime, asas ini cenderung membatasi penegak hukum di Indonesia untuk melakukan penyelidikan ataupun penyidikan guna mengungkap perbuatan tersebut karena suatu aturan undang-undang yang mengatur cybercrime belum tersedia. Asas legalitas ini tidak memperbolehkan adanya suatu analogi untuk menentukan perbuatan pidana. Meskipun penerapan asas legalitas ini tidak boleh disimpangi, tetapi pada prakteknya asas ini tidak diterapkan secara tedas atau diperkenankan untuk terdapat pengecualian.
Penanggulangan Infringements of Privacy
Berikut ini langkah-langkah yang
bisa dilakukan guna menjaga privasi ketika berselancar ke dunia maya :
1. Sering-seringlah
mencari nama anda sendiri melalui mesin pencari Google. Kedengarannya memang
aneh, tetapi setidaknya inilah gambaran untyuk mengetahui sejauh mana data anda
dapat diketahui oleh public.
2. Mengubah
pengaturan privasi atau keamanan. Pahami dan gunakan fitur setting pengamanan
ini seoptimal mungkin.
3. Buatlah
kata sandi sekuat mungkin. Ketika melakukan registrasi online, sebaiknya
lakukan kombinasi antara huruf besar dan kecil, angka, dan symbol supaya tidak
mudah terlacak.
4. Rahasiakan
password yang anda miliki. Usahakan jangan sampai ada yang
mengetahuinya.
5. Jangan
gunakan pertanyaan mengenai tanggal lahir, alamat, nama orang tua karena
pertanyaan tersebut hampir selalu digunakan sebagai pertanyaan keamanan untuk
database bank dan kartu kredit. Hal ini memberi peluang bagi peretas untuk
mencuri identitas dan mencuri uang anda.
6. Selalu Log Out. Selalu ingat untuk keluar dari akun anda. Khususnya jika menggunakan komputer fasilitas umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar